Wednesday, November 20, 2013

ALIRAN FILSAFAT



Refleksi hari Jumat tanggal 1 November 2013 pukul 07.30 – 09.00 kuliah filsafat ilmu jurusan pendidikan matematika-S2 kelas C. Hakekat yang ada bersifat berbubah dan ada yang bersifat tetap. Tokoh dari ketetpan Permenides, alirannya Perenidesism, sedangkan tokoh dari yang berubah adalah Heraclitos, aliran filsafatnya disebut Heraclitosism. Semuanya ibarat pagi dan sore, serta semua filsuf terangkum di situ. Contoh yang tetap dari manusia yaitu manusia merupakan ciptaan Tuhan, sedangkan contoh yang berubah adalah manusia dari waktu ke waktu akan berubah, bahkan dari menit yang lalu ke menit yang sekarang manusia sudah berubah. Dari ketetapan munculah idealism, sedangkan yang berubah memunculkan realism. Yang bersifat tetap yaitu yang ada dalam pikiran manusia. Tokoh idealism yaitu Plato yang menyatakan matematika sudah sempurna, semuanya sudah ada di dalam matematika, jika belum sempurna artinya hanya belum menemukan matematika saja. Dalam perjalanan mencari hakekat kadang bisa salah ruang (missal di pasar), tokohnya adalah Francis Bacon. Tokoh realism adalah Aristoteles.
Paham idealism memunculkan rasionalism, tokohnya yaitu Rene Descartes, sedangkan paham realism memunculkan empiricism, tokohnya yaitu David Hume. Empiricism merupakan yang berubah. Rasionalisme kebenarannya bersifat koheren, sedangkan empiricism bersifat korespondensi. Dari kedua paham muncul class confronter pada abad ke-16 karena semakin professional, sehingga muncul tokoh Immanuel Kant. Segala macam yang koheren, konsisten, dan identitas merupakan sifat dari rasionalism, sedangkan korespondensi dan kontradiksi merupakan sifat dari empiricism. Pandangan Immanuel Kent menyatakan bahwa yang koheren, konsisten, dan identitas merupakan analytic yang kemudian memunculkan analytic a priori, sedangkan korespondensi dan kontradiksi merupakan bersifat sintetik yang memunculkan synthetic a posteriori. Pada synthetic a posteriori lebih cocok untuk anak-anak karena berpikir setelah melihat, sedangkan analytic a priori berlum bertemu dengan orangnya sudah memikirkan yang macam-macam. Analytic a priori berkembang menjadi pure mathematics, sedangkan synthetic a posteriori berkembang menjadi mathematics for school.
Kedua paham tersebut terus berlanjut hingga muncul Auguste Comte yang menganut paham positivism (anti filsafat) yang merupakan pangkal dari segala macam permasalahan hidup karena Auguste Comte mempunyai thesis tentang segala yang ada dan yang mungkin ada. Dari adanya thesis juga memunculkan anti-thesis, jika aku thesis maka tembok adalah anti thesis. Auguste Comte munculah tiga tingkatan, yang paling bawah adalah religius, kemudian tingkatan selanjutnya adalah tradisional, dan yang paling atas adalah masyarakat maju. Namun banyak protes tentang pandangan tersebut, karena religious dianggap tidak rasional dan tidak bisa dipakai untuk membangun masyarakat yang maju. Dari situ memunculkan cita-cita adanya empat tingkatan yaitu yang paling bawah adalah material, kemudian formal/formatif, lalu normative, dan yang paling tinggi spiritual. Dari dua tingkatan tadi muncul tantangan, yaitu adanya perbedaan antara pandangan Auguste Comte yang berpendapat bahwa religious ada di tingkatan paling bawah, sedangkan menurut cita-cita religious ada di tingkatan paling atas. Dengan adanya tantangan tersebut kemudian menyeruak menjadi power now.
Tingkatan yang paling bawah dari power now adalah archaic, kemudian di atasnya adalah tribal, lalu naik menjadi tradisional. Dari tradisional kemudian berlanjut menjadi feodal, lalu dari feodal naik menjadi modern, dari modern memunculkan tingkatan atasnya yaitu post-modern, dan yang paling tinggi adalah power now. Di dalam power now, spiritualitas masuk pada area tiga terbawah yaitu archaic, tribal, dan tradisional. Itulah sebabnya aktifitas yang berbau agama di tingkat dunia menjadi tidak modis, tidak trendy, dan tidak cool. Baju batik adalah baju yang anggun dan baju muslim juga merupakan baju yang cantik disini, namun ketika dalam pergaulan dunia pakaian seperti itu dianggap sebagai archaic, tribal, dan feodal. Padahal pandangan power now merupakan penentu dunia, bahkan seberapa banyak oksigen yang dihirup manusia ditentukan oleh power now. Mereka menganggap dunia ini semuanya sudah global, dunia ini adalah kampung mereka. Hal tersebut menyebabkan power now tidak rela saat Mesir ingin melakukan revolusi.
Di Indonesia juga terjadi pertentangan dan juga tantangan, bahkan pertentangan itu ada di dalam diri kita. Contoh dari pertentangan dan tantangan itu yaitu bahwa kita tidak bisa lepas dari pengaruh power now, bahkan handphone yang dipakai merupakan produk dari power now, sehingga kita tidak bisa menghindari bahwa kita sendiri tidak bisa lepas dari power now, tidak bisa lepas dari gadget yang merupakan produk dari power now. Di satu sisi kita harus berguru untuk urusan akhirat, bagaimana menghadapi dunia yang seperti ini, dan di satu sisi tidak boleh anti terhadap teknologi, karena kita menggunakan teknologi untuk memudahkan hidup kita. Oleh sebab itu, kita harus terus ber-hermeunitika yaitu terjemah dan menerjemahkan. Rasa ingin tahu orang beragama itu proporsional, sedangkan jika rasa ingin tahunya pada power now merupakan dewa keingin tahuan. Jika kita tidak memahami filsafat maka akan kesulitan untuk menghadapi fenomena tersebut.
Positivism bertentangan dengan filsafat, namun bukan berarti buruk, tetapi positivism merupakan fenomena dunia. Misalnya saja, malam itu lawan dari siang, tetapi malam bukan berarti buruk. Malam ada sesuai dengan kebutuhannya, yaitu kita tidur dan istirahat lebih cocok di malam hari, bukan di siang hari. Malam cocok untuk keadaannya, siang pun cocok untuk keadaannya, sehingga sesuai dengan peruntukannya dan semuanya diperlukan. Jika ada siang dan ada malam, maka bisa menyesuaikan dengan kegiatan kita. Oleh karena itu semuanya bukan permasalahan baik dan buruk, tetapi sesuai dengan peruntukannya.
Struktur masyarakat dibuat oleh power now, dimulai dari archaic yaitu masyarakat batu, kemudian atasnya adalah tribal yaitu suku-suku pedalaman seperti Papua, dan di atasnya adalah tradisional, disitulah agama yang mernurut mereka ada. Kemudian masyrakat feodal yang berbentuk kerajaan, lalu menuju masyarakat modern yaitu abad ke-16 oleh Immanuel Kant, dan dilanjutnya post-modern yang merupakan kehidupan kontemporer saat ini, yaitu power now.

No comments:

Post a Comment